Senin, 25 November 2013

Kejahatan Korporasi pada "Enron Corporation" dan Keterkaitannya dengan Etika Bisnis


Pendahuluan
Peristiwa penting yang membuat etika keuangan mengemuka pada abad ke-21 adalah runtuhnya  Enron dan kantor akuntan publiknya, Arthur Andersen. Esai Wiliam Thomas “The Rise and Fall of Enron” merinci tahap-tahap yang mengarah pada kehancuran Enron, termasuk penggunaan entitas-entitas dengan tujuan khususyang rumit untuk mengakses risiko modal atau risiko hedge. Kasus Enron telah membawa lebih banyak kerusakan bagi industri akuntansi daripada kasus-kasus lain dalam sejarah Amerika Serikat, termasuk runtuhnya Arthur Andersen. Tentu saja, tanggung jawab ettis para akuntan bukannya tidak pernah terdengar sebelum kasus Enron, namun peristiwa yang membawa Enron ke dalam kehancuran membuat indepedensi auditor dan tanggung jawab akuntan menjadi sangat penting, lebih dari sebelumnya.
Akuntansi merupakan salah satu dari beberapa profesi yang melayani fungsi yang sangat penting dalam sistem ekonomi itu sendiri. Bahkan Milton Friedman, pendukung utama ekonomi pasar bebas, percaya bahwa pasar hanya dapat berfungsi jika kondisi-kondisi tertentu terpenuhi.Secara universal diakui bahwa pasar harus berfungsi dalam kerangka aturan hukum, harus menerima informasi yang lengkap, dan harus bebas dari penipuan dan kecurangan. Memastikan terpenuhinya kondisi-kondisi ini merupakan fungsi internal yang penting bagi sistem ekonomi berbasis pasar bebas.
Menurut sebuah laporan dari Pricewater house Coopers, lebih dari 1.000 perusahaan terbuka harus menyatakan ulang laporan keuangan mereka selama lima tahun terakhir karena adanya ketidakberesan dalam praktik akuntansi (accounting irregularities); rata-rata perusahaan kehilangan kira-kira 6% pendapatan karena penipuan atau penyalahgunaan. Secara historis, lebih dari 50% CFO melaporkan bahwa mereka ditekan oleh CEO mereka untuk menyalahsajikan laporan keuangan atau terlibat dalam penipuan.
Sejak Enron Corporation bangkrut pada tahun 2001, topik etika bisnis sering muncul dihalaman-halaman depan media. Yang menyedihkan adalah panjangnya daftar para pemimpin perusahaan dan bisnis yang selama ini terlibat dalam perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Orang-orang yang yang terlibat didalam skandal etis termasuk Martha Stewart, Kenneth Lay, Jeffrey Skilling, Andrew Fastow, Dennis Kozlowski, John J. Rigas, Richard M. Scrushy,Samuel Waksal, Richard Grasso, dan Bernard Ebbers.

Sejarah singkat Enron
Enron didirikan pada tahun 1985, yang merupakan hasil merger antara perusahaan Houston Natural Gas dan Internorth, sebuah perusahaan pipa. Pada saat itu, Enron dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas.
Selama proses merger, Enron mempunyai hutang yang cukup besar. Ditambah dengan masalah peraturan pemerintah yang mempersulit industri pipa, Enron mempunyai hutang yang lebih besar lagi. Untuk mengatasi hutang tersebut, Kenneth Lay berkonsultasi pada McKinsey&Co. McKinsey pada saat itu menugaskan Jeffrey Skilling.
Selama masa penugasan, Skilling memberikan ide yang brilian, yaitu memperlakukan gas sebagai objek derivatif. Tertarik dengan ide tersebut, Lay memberikan tawaran pada Skilling untuk masuk ke Enron dan mengepalai sebuah divisi baru, yaitu Enron Finance Corp pada tahun 1990. Jeff Skilling menyanggupi tawaran tersebut, dengan syarat diperbolehkannya ‘mark to market accounting’ atau yang sering disebut dengan metode ‘fair value’. Setelah meminta ijin pada US Securities and Exchange Commission (US SEC), Enron diperbolehkan untuk menggunakan praktik ‘mark to market accounting’.
Dengan menjadikan gas sebagai objek jual beli, Enron perlahan-lahan mulai bangkit. Selama perjalanan ini, Jeff Skilling diangkat sebagai COO Enron dan merekrut berbagai karyawan-karyawan yang unggul dalam future/derivative. Dalam perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow.
Seiring dengan berhasilnya jual beli gas, Enron mulai masuk pada jual beli pada industri yang berbeda, seperti listrik, batu bara, kertas, air dan bahkan cuaca dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan besar. Sehingga pada tahun 1998, Enron mempunyai lebih dari sepuluh objek komoditas yang dapat diperjualbelikan.
Keberhasilan Enron dalam menjual beli objek komoditas tersebut, mengakibatkan melonjaknya nilai saham dan ambisi Kenneth Lay dan eksekutif lainnya. Untuk mempertahankan nilai sahamnya, Jeff Skilling menutupi kerugian-kerugian investasinya dengan menerapkan prinsip ‘mark to market accounting’ dan dibenarkan oleh KAP Arthur Anderson. Selain itu, Andrew Fastow juga melakukan manipulasi dengan membuat berbagai related party dan ratusan EBK.
Pada tanggal 29 November 1999, Enron meluncurkan Enron Online. Enron Online merupakan terobosan baru dalam melakukan jual beli energi secara online. Dalam 3 bulan setelah Enron Online diluncurkan, saham Enron naik lebih dari 30%.
Tidak lama dari peluncuran Enron Online, Enron membeli telekomunikasi DSL (broadband) dan disimpan. Pada saat itu, para analis bertanya-tanya, mengapa Enron tidak menjual beli broadband tersebut, seperti pada komoditi lainnya. Hingga pada tanggal 19 Juli 2000, Enron mengumumkan kerjasama dengan perusahaan video, BlockBuster, untuk menawarkan jasa rental video melalui DSL. Diperkirakan, pada akhir tahun 2000, jasa tersebut sudah siap. Tidak sampai dua hari kemudian, saham Enron melonjak lebih dari 34%. Perjanjian dengan BlockBuster ternyata tidak berujung dengan baik, dan akhirnya gagal. Namun, dengan menggunakan mark to market accounting, Enron mencatat penghasilan sebesar US$53,000,000.
Pada tanggal 23 Agustus 2000, saham Enron mencapai posisi paling tinggi, yaitu US$90 per lembar saham. Namun, harga tersebut tidak berlangsung lama. Dampak dari gagalnya perjanjian dengan BlockBuster mengakibatkan turunnya harga saham Enron. Selain itu, investasi Enron yang bernilai lebih dari US$1,000,000,000 di India, gagal dan dinyatakan tutup pada bulan Juni 2001.
Jeff Skilling yang baru diangkat menjadi CEO pada bulan Februari 2001, mengundurkan diri pada tanggal 14 Agustus 2001 karena alasan pribadi. Selain itu, Jeff Skilling juga menjual semua saham Enron yang dimilikinya sebesar kurang lebih US$60,000,000. Pada saat itu, harga saham Enron sudah turun sampai dengan US$40 per lembarnya.
Setelah Jeff Skilling mengundurkan diri, Sherron Watkins yang menjabat sebagaiVice President di Enron, mengirim surat kepada Kenneth Lay. Pada surat tersebut, Sherron Watkins menyampaikan pesan bahwa terdapat banyak unit bisnis (yang terdiri dari partnership dan EBK) dari Enron yang tidak dicatat di laporan keuangan Enron, walaupun sebenarnya harus dicatat. Unit-unit bisnis tersebut mempunyai kinerja yang buruk. Sehingga, apabila unit-unit bisnis tersebut dikonsolidasikan dengan Enron, akan berdampak sangat negatif pada Enron.
Tidak lama kemudian, Sherron Watkins dan Kenneth Lay melakukan meeting. Pada pertemuan tersebut, Sherron bersikeras bahwa terdapat kebocoran di Enron dan menganggap kebocoran tersebut dilakukan oleh Jeff Skilling dan Andrew Fastow. Namun, Kenneth Lay beranggapan bahwa semua unit bisnis yang ada, sudah mendapat persetujuan dari KAP Arthur Andersen, Vinson & Elkins law firm beserta semua BOD Enron. Kenneth Lay berjanji pada Sherron untuk melakukan investigasi internal pada unit-unit bisnis.
Keadaan semakin bersitegang pada saat Sherron Watkins memaksa Kenneth Lay untuk melakukan revaluasi ulang terhadap laporan keuangannya. Setelah menimbulkan masalah internal ini di Enron, Sherron Watkins mendapat banyak kritikan karena terlalu agresif. Andrew Fastow ingin agar Sherron Watkins dipecat dan menyita komputernya.
Pada akhirnya, tanggal 12 Oktober 2001, KAP Arthur Anderson menyarankan untuk melakukan konsolidasi pada beberapa SPE yang dimilikinya. KAP Arthur Anderson mulai menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Enron pada tanggal tersebut. Berdasarkan saran dari KAP Arthur Anderson tersebut, Enron melakukan konsolidasi pada dua SPEnya, yaitu Raptor dan Condor. Dengan dikonsolidasikannya SPE tersebut, Enron menjadi rugi dan pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian sebesar US$618,000,000 dan US$1,010,000,000 non recurring charge. Tidak lama kemudian, 17 Oktober 2001, US SEC mengumumkan pemeriksaan terhadap laporan keuangan Enron.
Atas investigasi tersebut, ditemukannya berbagai fraud yang timbul akibat kompleksnya SPE yang dimiliki oleh Enron. Andrew Fastow kemudian ditangkap. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh US SEC, dan pada tanggal 8 November 2001, Enron merevisi laporan keuangannya selama lima tahun ke belakang, dan mencatat kerugian sebesar US$586,000,000.
Sampai pada tanggal 28 November 2001, saham Enron berada di bawah US$1 untuk per lembar sahamnya. Sehingga pada tanggal 2 Desember 2001, Enron dinyatakan bangkrut.

Kesimpulan
Dari sejarah singkat Enron tersebut, dan beberapa sumber yang telah saya baca, saya dapat mengetahui beberapa elemen mengenai implementasi maupun pelanggaran yang dilakukan oleh Enron, Diantaranya:

1. Struktur Organisasi
Enron menggunakan struktur organisasi yang sangat kompleks, bahkan dengan struktur organisasi, Enron dapat memanipulasi laporan keuangan. Dengan menggunakan struktur yang sedemikian rumit, Enron dapat menaikkan profit dan menurunkan hutang. Fastow juga menggunakan struktur yang rumit dengan beberapa partnernya, seperti ‘Friends of Enron’, sehingga status mereka sebagai pihak ketiga dalam masalah EBK, tidak dipermasalahkan. Isu atas kerumitan struktur ini, kami masukkan ke dalam kategori defisiensi pengendalian yang bersifat mayor.

2.Nilai Integritas dan Etika
Enron mempunyai nilai yang selalu diberitakan bahwa dijunjung tinggi oleh Enron dan karyawannya, yaitu “brightly colored banners heralding employees’ commitment to Enron’s ‘Vision and Values’: Respect! Integrity! Communication! Excellence!”. Bahkan, Ken Lay dan Jeff Skilling ikut tampil dalam iklannya yang mempromosikan nilai tersebut. Namun hal berbeda dengan kenyataan. Skilling yang terobsesi dengan rasio-rasio di laporan keuangan, melakukan transaksi yang berdampak pada jangka pendek. Segala usaha, baik beretika maupun tidak, dilakukan demi mencapai naiknya harga saham. Di lain pihak,Andrew Fastow berupaya untuk melakukan berbagai EBK agar mendapat keuntungan pribadi. Karena masing-masing orang tersebut adalah manajemen senior, maka perilaku dan tujuan mereka akan sangat mempengaruhi budaya kantor secara keseluruhan. Seperti pada contohnya, Skilling memberikan bonus yang sangat berlebihan apabila karyawan dapat mencapai target, walaupun belum tentu target tersebut dilakukan dengan etis. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa dalam elemen ini, terdapat defisiensi pengendalian dan bersifat mayor.

3. Komitmen terhadap kompetensi
Pada umumnya posisi disesuaikan dengan potensi karyawan. Namun, manajemen senior Enron akan menaikjabatankan karyawan-karyawan yang tunduk, menurut dan bersedia untuk bekerja sama dengan manajemen senior Enron. Sehingga, karyawan-karyawan inti Enron merupakan karyawan yang bersedia untuk melakukan fraud, mudah diatur dan lain sebagainya. Dengan demikian, Enron akan mudah untuk memanipulasikan laporan keuangan. Poin ini kami putuskan bahwa terdapat defisiensi yang bersifat mayor pada pengendaliannya.

4. Kebijakan Sumber Daya Manusia

Dalam merekrut pegawai, kita harus memilih pegawai yang jujur, berambisi, baik dan lainnya. Namun, tampaknya di Enron kejujuran, kebaikan dan lain sebagainya tidak diperhitungkan. Bahkan, budaya di Enron secara tidak langsung mengatakan ‘Semakin tidak jujur, semakin baik’. Oleh karena itu, menurut kami terdapat defisiensi pengendalian, namun tidak bersifat mayor.

Sumber :
Hartman, Laura dan Joe DesJardins. Etika Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2011


1 komentar:

  1. Dalam Korporasi Enron ada gembong gembong CEO yang bisa menggoreng nasib orang per orang di Dunia. Entitas macam ini hobbynya memang mengacau hidup manusia sejak Adam dan Hawa diciptakan Allah. Mereka selalu bisa menghindar hukum manusia menjadi tidak salah suci bersih kayak temannya yang di sini DI. cirinya tidak punya hati.

    BalasHapus