Pendahuluan
Peristiwa penting yang membuat etika keuangan mengemuka pada abad
ke-21 adalah runtuhnya Enron dan kantor
akuntan publiknya, Arthur Andersen. Esai Wiliam Thomas “The Rise and Fall of
Enron” merinci tahap-tahap yang mengarah pada kehancuran Enron, termasuk
penggunaan entitas-entitas dengan tujuan khususyang rumit untuk mengakses
risiko modal atau risiko hedge. Kasus Enron telah membawa lebih banyak
kerusakan bagi industri akuntansi daripada kasus-kasus lain dalam sejarah
Amerika Serikat, termasuk runtuhnya Arthur Andersen. Tentu saja, tanggung jawab
ettis para akuntan bukannya tidak pernah terdengar sebelum kasus Enron, namun
peristiwa yang membawa Enron ke dalam kehancuran membuat indepedensi auditor
dan tanggung jawab akuntan menjadi sangat penting, lebih dari sebelumnya.
Akuntansi merupakan salah satu dari beberapa profesi yang melayani
fungsi yang sangat penting dalam sistem ekonomi itu sendiri. Bahkan Milton
Friedman, pendukung utama ekonomi pasar bebas, percaya bahwa pasar hanya dapat
berfungsi jika kondisi-kondisi tertentu terpenuhi.Secara universal diakui bahwa
pasar harus berfungsi dalam kerangka aturan hukum, harus menerima informasi
yang lengkap, dan harus bebas dari penipuan dan kecurangan. Memastikan
terpenuhinya kondisi-kondisi ini merupakan fungsi internal yang penting bagi
sistem ekonomi berbasis pasar bebas.
Menurut sebuah laporan dari Pricewater house Coopers, lebih dari
1.000 perusahaan terbuka harus menyatakan ulang laporan keuangan mereka selama
lima tahun terakhir karena adanya ketidakberesan dalam praktik akuntansi
(accounting irregularities); rata-rata perusahaan kehilangan kira-kira 6%
pendapatan karena penipuan atau penyalahgunaan. Secara historis, lebih dari 50%
CFO melaporkan bahwa mereka ditekan oleh CEO mereka untuk menyalahsajikan
laporan keuangan atau terlibat dalam penipuan.
Sejak Enron Corporation bangkrut pada tahun 2001, topik etika
bisnis sering muncul dihalaman-halaman depan media. Yang menyedihkan adalah
panjangnya daftar para pemimpin perusahaan dan bisnis yang selama ini terlibat
dalam perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Orang-orang yang yang
terlibat didalam skandal etis termasuk Martha Stewart, Kenneth Lay, Jeffrey
Skilling, Andrew Fastow, Dennis Kozlowski, John J. Rigas, Richard M. Scrushy,Samuel
Waksal, Richard Grasso, dan Bernard Ebbers.
Sejarah singkat Enron
Enron didirikan pada tahun 1985, yang
merupakan hasil merger antara perusahaan Houston Natural Gas dan Internorth, sebuah perusahaan
pipa. Pada saat itu, Enron
dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai
CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas.
Selama proses merger, Enron mempunyai hutang yang cukup besar.
Ditambah dengan masalah peraturan pemerintah yang mempersulit industri pipa,
Enron mempunyai hutang yang lebih besar lagi. Untuk mengatasi hutang tersebut,
Kenneth Lay berkonsultasi pada McKinsey&Co. McKinsey
pada saat itu menugaskan Jeffrey Skilling.
Selama masa penugasan, Skilling memberikan ide yang brilian, yaitu
memperlakukan gas sebagai objek derivatif. Tertarik dengan ide tersebut, Lay
memberikan tawaran pada Skilling untuk masuk ke Enron dan mengepalai sebuah
divisi baru, yaitu Enron
Finance Corp pada tahun 1990.
Jeff Skilling menyanggupi tawaran tersebut, dengan syarat diperbolehkannya ‘mark
to market accounting’ atau
yang sering disebut dengan metode ‘fair value’. Setelah meminta ijin
pada US Securities and
Exchange Commission (US SEC),
Enron diperbolehkan untuk menggunakan praktik ‘mark
to market accounting’.
Dengan menjadikan gas sebagai objek jual beli, Enron
perlahan-lahan mulai bangkit. Selama perjalanan ini, Jeff Skilling diangkat
sebagai COO Enron dan merekrut berbagai karyawan-karyawan yang unggul dalam future/derivative. Dalam
perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow.
Seiring dengan berhasilnya jual beli gas, Enron mulai masuk pada
jual beli pada industri yang berbeda, seperti listrik, batu bara, kertas, air
dan bahkan cuaca dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan besar. Sehingga pada
tahun 1998, Enron mempunyai lebih dari sepuluh objek komoditas yang dapat
diperjualbelikan.
Keberhasilan Enron dalam menjual beli objek komoditas tersebut,
mengakibatkan melonjaknya nilai saham dan ambisi Kenneth Lay dan eksekutif
lainnya. Untuk mempertahankan nilai sahamnya, Jeff Skilling menutupi
kerugian-kerugian investasinya dengan menerapkan prinsip ‘mark to market
accounting’ dan dibenarkan oleh KAP Arthur Anderson. Selain itu, Andrew
Fastow juga melakukan manipulasi dengan membuat berbagai related party dan ratusan EBK.
Pada tanggal 29 November 1999, Enron meluncurkan Enron Online.
Enron Online merupakan terobosan baru dalam melakukan jual beli energi secara
online. Dalam 3 bulan setelah Enron Online diluncurkan, saham Enron naik lebih
dari 30%.
Tidak lama dari peluncuran Enron Online, Enron membeli
telekomunikasi DSL (broadband) dan disimpan. Pada saat itu, para analis
bertanya-tanya, mengapa Enron tidak menjual beli broadband tersebut, seperti pada komoditi
lainnya. Hingga pada tanggal 19 Juli 2000, Enron mengumumkan kerjasama dengan
perusahaan video, BlockBuster, untuk menawarkan jasa rental video melalui DSL.
Diperkirakan, pada akhir tahun 2000, jasa tersebut sudah siap. Tidak sampai dua
hari kemudian, saham Enron melonjak lebih dari 34%. Perjanjian dengan
BlockBuster ternyata tidak berujung dengan baik, dan akhirnya gagal. Namun,
dengan menggunakan mark to
market accounting, Enron mencatat penghasilan sebesar US$53,000,000.
Pada tanggal 23 Agustus 2000, saham Enron mencapai posisi paling
tinggi, yaitu US$90 per lembar saham. Namun, harga tersebut tidak berlangsung
lama. Dampak dari gagalnya perjanjian dengan BlockBuster mengakibatkan turunnya
harga saham Enron. Selain itu, investasi Enron yang bernilai lebih dari
US$1,000,000,000 di India, gagal dan dinyatakan tutup pada bulan Juni 2001.
Jeff Skilling yang baru diangkat menjadi CEO pada bulan Februari
2001, mengundurkan diri pada tanggal 14 Agustus 2001 karena alasan pribadi.
Selain itu, Jeff Skilling juga menjual semua saham Enron yang dimilikinya
sebesar kurang lebih US$60,000,000. Pada saat itu, harga saham Enron sudah
turun sampai dengan US$40 per lembarnya.
Setelah Jeff Skilling mengundurkan diri, Sherron Watkins yang menjabat sebagaiVice President di Enron, mengirim surat kepada
Kenneth Lay. Pada surat tersebut, Sherron Watkins menyampaikan pesan bahwa
terdapat banyak unit bisnis (yang terdiri dari partnership dan EBK) dari Enron
yang tidak dicatat di laporan keuangan Enron, walaupun sebenarnya harus
dicatat. Unit-unit bisnis tersebut mempunyai kinerja yang buruk. Sehingga,
apabila unit-unit bisnis tersebut dikonsolidasikan dengan Enron, akan berdampak
sangat negatif pada Enron.
Tidak lama kemudian, Sherron Watkins dan Kenneth Lay melakukan meeting. Pada pertemuan
tersebut, Sherron bersikeras bahwa terdapat kebocoran di Enron dan menganggap
kebocoran tersebut dilakukan oleh Jeff Skilling dan Andrew Fastow. Namun,
Kenneth Lay beranggapan bahwa semua unit bisnis yang ada, sudah mendapat
persetujuan dari KAP Arthur Andersen,
Vinson & Elkins law firm beserta semua BOD Enron. Kenneth
Lay berjanji pada Sherron untuk melakukan investigasi internal pada unit-unit bisnis.
Keadaan semakin bersitegang pada saat Sherron Watkins memaksa
Kenneth Lay untuk melakukan revaluasi ulang terhadap laporan keuangannya.
Setelah menimbulkan masalah internal ini di Enron, Sherron Watkins mendapat
banyak kritikan karena terlalu agresif. Andrew Fastow ingin agar Sherron
Watkins dipecat dan menyita komputernya.
Pada akhirnya, tanggal 12 Oktober 2001, KAP Arthur Anderson
menyarankan untuk melakukan konsolidasi pada beberapa SPE yang dimilikinya. KAP
Arthur Anderson mulai menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
Enron pada tanggal tersebut. Berdasarkan saran dari KAP Arthur Anderson
tersebut, Enron melakukan konsolidasi pada dua SPEnya, yaitu Raptor dan Condor.
Dengan dikonsolidasikannya SPE tersebut, Enron menjadi rugi dan pada tanggal 16
Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian sebesar US$618,000,000 dan
US$1,010,000,000 non recurring
charge. Tidak lama kemudian, 17 Oktober 2001, US SEC mengumumkan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan Enron.
Atas investigasi tersebut, ditemukannya berbagai fraud yang timbul akibat kompleksnya SPE
yang dimiliki oleh Enron. Andrew Fastow kemudian ditangkap. Penelitian lebih
lanjut dilakukan oleh US SEC, dan pada tanggal 8 November 2001, Enron merevisi
laporan keuangannya selama lima tahun ke belakang, dan mencatat kerugian
sebesar US$586,000,000.
Sampai pada tanggal 28 November 2001, saham Enron berada di bawah
US$1 untuk per lembar sahamnya. Sehingga pada tanggal 2 Desember 2001, Enron
dinyatakan bangkrut.
Kesimpulan
Dari sejarah singkat Enron tersebut, dan beberapa sumber yang
telah saya baca, saya dapat mengetahui beberapa elemen mengenai implementasi
maupun pelanggaran yang dilakukan oleh Enron, Diantaranya:
1. Struktur Organisasi
Enron menggunakan struktur organisasi
yang sangat kompleks, bahkan dengan struktur organisasi, Enron dapat
memanipulasi laporan keuangan. Dengan menggunakan struktur yang sedemikian
rumit, Enron dapat menaikkan profit dan menurunkan hutang. Fastow juga
menggunakan struktur yang rumit dengan beberapa partnernya,
seperti ‘Friends of Enron’, sehingga status mereka sebagai pihak ketiga
dalam masalah EBK, tidak dipermasalahkan. Isu atas kerumitan struktur ini, kami
masukkan ke dalam kategori defisiensi pengendalian yang bersifat mayor.
2.Nilai Integritas dan Etika
Enron mempunyai nilai yang selalu diberitakan bahwa dijunjung
tinggi oleh Enron dan karyawannya, yaitu “brightly colored banners heralding
employees’ commitment to Enron’s ‘Vision and Values’: Respect! Integrity!
Communication! Excellence!”. Bahkan, Ken Lay dan Jeff Skilling ikut tampil dalam
iklannya yang mempromosikan nilai tersebut. Namun hal berbeda dengan kenyataan. Skilling yang terobsesi dengan
rasio-rasio di laporan keuangan, melakukan transaksi yang berdampak pada jangka
pendek. Segala usaha, baik beretika maupun tidak, dilakukan demi mencapai
naiknya harga saham. Di lain pihak,Andrew Fastow berupaya untuk melakukan berbagai EBK
agar mendapat keuntungan pribadi. Karena masing-masing orang tersebut adalah
manajemen senior, maka perilaku dan tujuan mereka akan sangat mempengaruhi
budaya kantor secara keseluruhan. Seperti pada contohnya, Skilling memberikan
bonus yang sangat berlebihan apabila karyawan dapat mencapai target, walaupun
belum tentu target tersebut dilakukan dengan etis. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa
dalam elemen ini, terdapat defisiensi pengendalian dan bersifat mayor.
3. Komitmen terhadap kompetensi
Pada umumnya posisi disesuaikan dengan
potensi karyawan. Namun, manajemen senior Enron akan menaikjabatankan
karyawan-karyawan yang tunduk, menurut dan bersedia untuk bekerja sama dengan
manajemen senior Enron. Sehingga, karyawan-karyawan inti Enron merupakan
karyawan yang bersedia untuk melakukan fraud, mudah diatur dan lain sebagainya.
Dengan demikian, Enron akan mudah untuk memanipulasikan laporan keuangan. Poin
ini kami putuskan bahwa terdapat defisiensi yang bersifat mayor pada
pengendaliannya.
4. Kebijakan Sumber Daya Manusia
Dalam merekrut pegawai, kita harus
memilih pegawai yang jujur, berambisi, baik dan lainnya. Namun, tampaknya di
Enron kejujuran, kebaikan dan lain sebagainya tidak diperhitungkan. Bahkan,
budaya di Enron secara tidak langsung mengatakan ‘Semakin tidak jujur, semakin
baik’. Oleh karena itu, menurut kami terdapat defisiensi pengendalian, namun
tidak bersifat mayor.
Sumber :
Hartman, Laura dan Joe DesJardins. Etika Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2011